DZIKIR

Sobat RISMA, setiap hari paling tidak kita berjanji di hadapan ALLAH sebanyak lima kali. Kita berjanji untuk menyucikan-Nya setiap saat, dan akan mempersembahkan wujud ibadah nyata bagi-Nya. Janji yang selalu diulang-ulang ini, apakah tidak akan dimintai pertanggung jawaban kelak?

ALLAH Maha Adil, ALLAH Maha Perkasa, ALLAH Maha Pencemburu. ALLAH tidak rela Diri-Nya dipersekutukan dengan siapa pun dan dengan apa pun. ALLAH tidak rela Diri-Nya selalu dijanjikan dengan janji-janji tanpa ada realisasi. Suatu saat ALLAH pasti akan menagihnya.

Dzikir secara bahasa adalah menyebut, mengingat, menjaga. Adapun makna dzikir yang dimaksud dalam artikel ini adalah setiap ucapan, lisan, gerakan lahir, maupun getaran batin yang disesuaikan dengan tuntunan agama dalam rangka mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.

Dzikir dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Dzikir Jali, yaitu perbuatan mengingat ALLAH dalam bentuk ucapan-ucapan lisan yang mengandung arti pujuan, rasa syukur, dan doa-doa kepada ALLAH SWT. yang lebih menunjukkan suara yang jelas untuk menuntun hati. Dzikir Jali ini terikat oleh waktu dan tempat;

2. Dzikir Khafi, yaitu dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan, maupun tidak. Dzikir Khafi tidak terikat oleh waktu dan tempat. Orang yang sudah mampu melakukan dzikir ini, hatinya senantiasa merasa memiliki hubungan dekat dengan ALLAH. Ia selalu merasakan kehadiran ALLAH kapan saja dan di mana saja;

3. Dzikir Haqiqi, yaitu dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa – raga, lahiriah – batiniah, kapan saja dan di mana saja dengan memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa dan raga dari hal-hal yang dilarang oleh ALLAH, dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkannya dengan segigih-gigihnya.

Wallahu’alam bis shawab.

dikutip dari : Pengantar Asma Al-Husna, karya K.H. Muhammad Nur Ghazali